Tuesday, September 29, 2015

Sendok dan Garpu




Ketika sedang menikmati makan malam di sebuah warung kecil yang terletak di pinggiran kota, tiba-tiba terlintas dalam benakku sebuah pertanyaan, “kapan dan dimana, manusia pertama kali menciptakan sendok dan garpu?”. Agak aneh sekaligus konyol juga karena secara tidak sadar, cukup lama saya menghabiskan waktu untuk saling bertatap-tatapan dengan sendok dan garpu yang sedang saya pengang. Tentu, pertanyaan ini sangat sederhana dan terlihat sangat mudah. Tetapi setelah dipikir-pikir, sendok dan garpu merupakan produk yang cukup berguna bahkan selalu menghiasi meja-meja makan, namun kemunculannya tidak begitu dipermasalahkan atau menonjol jika dibandingkan dengan lampu, misalnya. Selain itu, jika dilihat dari konteks budaya lokal Indonesia, hampir semua suku pribumi tidak mengenal budaya sendok dan garpu. Lantas, bagaimana bisa kedua benda yang kecil itu menjadi salah satu produk budaya yang bersifat universal? Tulisan ini hanya saya fokuskan saja pada sejarahnya. Jadi, kita akan sedikit mendengarkan dongeng yang panjang lebar. Oh iya, tulisan ini juga hanya sekedar iseng-iseng dan merupakan hasil rangkuman dari beberapa tulisan yang berkaitan dengan sejarah sendok dan garpu.
Entah darimana memulainya, yang jelas, sendok dan garpu belum pasti “kapan” dan “dimana” pertama kali ditemukan. Banyak para arkeolog menduga bahwa sendoklah yang pertama kali muncul dibanding garpu. Sendok merupakan salah satu alat makan tertua, diyakini telah ada sejak zaman prasejarah (jika melihat dari kacamata orang Eropa, sendok telah ada sejak zaman paleolitikum). Pada saat itu, bentuk sendok masih sangat sederhana dan bahannya pun berasal dari benda-benda yang mudah didapatkan, seperti kayu atau cangkang kerang[1]. Semakin berkembangnya zaman, sendok sudah mengalami beberapa modifikasi dari segi bentuk dan bahan.
Beberapa penelitian arkeologi telah mengungkap penggunaan serta bahan dari sendok, seperti Peradaban Mesir Kuno (1000 SM), ditemukan sendok dari bahan tanduk dan kayu yang dihiasi hieroglip dan simbol-simbol agama Mesir Kuno. Diduga, sendok tersebut digunakan untuk keperluan ritual suci. Selain itu, sendok juga ditemukan di situs Peradaban Neolitik Ozieri, Sardinia (3200-2800 SM), ditemukan sendok yang terbuat dari keramik. Lain halnya dengan sendok dari Dinasti Shang, Cina (1600-1046 SM), yang terbuat dari tulang atau perunggu. Dalam kebudayaan Klasik Eropa (Yunani dan Romawi), sendok terbuat dari perungu atau perak. Selain penelitian material culture, bukti penggunaan sendok juga dapat ditemukan dalam teks-teks kuno, misalnya dalam kitab Rigveda, tertulis “menyentuh mulut sendok” (RV 8.43.10).

Sendok Kayu Mary Rose, abad XVI.
Di Eropa, sendok pertama kali didokumentasikan pada tahun 1259, sebagai salah satu perkakas dalam lemari Raja Edward I. Sama halnya dengan Mesir Kuno, penggunaan sendok pada saat itu hanya untuk kebutuhan keagamaan. Pada zaman pertengahan, sekitar abad XV, sendok yang digunakan terbuat dari tanduk sapi, kayu, kuningan, atau timah. Pada masa tersebut, sendok sangat populer digunakan sebagai salah satu alat untuk ritual suci, seperti pembaptisan. Sendok pada masa tersebut, umumnya memiliki ukiran-ukiran yang bersifat keagamaan. Pada abad XVIII, bentuk sendok semakin ramping dan cukup ringan. Nah, sendok yang kalian lihat dan pakai pada saat ini, pertama kali digunakan pada tahun 1760.

Kegunaan sendok pun beragam. Di Eropa, sendok digunakan untuk mengangkat makanan cair/semi-cair, seperti sup, es krim, kacang hijau, gula, dan segala jenis makanan bubuk. Lain halnya dengan di Asia Tenggara, sendok merupakan alat utama yang digunakan untuk makan. Selain itu, sendok juga digunakan untuk memasak atau mengaduk bahan olahan kue atau roti. Oleh karena itu, bentuk sendok pun menjadi beragam sesuai fungsinya, seperti sendok teh, sendok makan, sendok es krim, sendok untuk mengaduk nasi/bahan kue, bahkan ada sendok yang hanya menjadi barang pajangan atau suvenir yang diukir untuk mengingat suatu peristiwa.
Lantas, bagaimana dengan garpu?
Garpu merupakan sahabat karib dari sendok. Banyak ahli kebudayaan yang mengatakan bahwa garpu telah lama digunakan oleh masyarakat di Timur Tengah. Tapi, dahulu, kombinasi alat makan sendok dan garpu hanya populer digunakan untuk makanan Barat dan menyebar ke Asia Utara (sekarang Rusia), sedangkan Asia Timur hingga Utara Asia Tenggara lebih lazim menggunakan sumpit. Kata garpu berasal dari bahasa latin yaitu “furca” yang berarti penggaruk rumput. Sama halnya dengan sendok, kemunculan garpu juga sangat tidak jelas. Beberapa literatur menyebutkan penggunaan garpu sebagai alat memasak di Mesir Kuno. Namun, beberapa bukti arkeologis menunjukan eksistensi garpu, seperti garpu yang terbuat dari tulang di situs pemakaman Zaman Perunggu Qijia (2400-1900 SM). Selain itu, penggunaan garpu juga disebutkan dalam kebudayaan Romawi Timur, tepatnya kekaisaran Bizantium. Tercatat bahwa pada abad X, Domenico Salvo dari Venesia, tunangan seorang putri dari kekaisaran Bizantium membawa dua buah garpu dalam kopernya. Selain itu, Theophano Sklereina, istri Kaisar Bizantium, Otto II, adalah yang pertama kali memerkenalkan garpu di Eropa Barat saat perjamuan Imperial, tahun 972. 

Sendok dan garpu dari Syria, abad 4 M.
Pada abad XI, garpu semakin populer digunakan di Semenanjung Italia. Pada awalnya, bahannya adalah kayu yang ujungnya dipasangi tiga batang kayu, desain ini diciptakan untuk memudahkan orang-orang menggulung mie atau spageti. Kemudian di Portugal pada abad XV, sekitar tahun 1450, kebudayaan penggunaan garpu di meja makan diperkenalkan oleh Duchess of Viseu, Infanta Beatrice, ibu dari raja portugal, Raja Manuel I. Di Perancis, garpu pertama kali diperkenalkan oleh Catherine de Medicis yang menikah dengan Raja Henry II pada tahun 1533. Dalam literatur Perancis juga tertulis penggunaan garpu pada pesta pernikanan putri Raja Louis XIV, Duc de Chartres pada tahun 1692. Namun, garpu tidak umum digunakan di Eropa Barat sampai abad XVI, sedangkan untuk Eropa sampai abad XIX.
Penggunaan garpu di Inggris terjadi belakangan. Tercatat seseorang berkebangsaan Inggris, Thomas Corryate membawa garpu yang dibelinya saat melakukan perjalanan di Italia (1611). Pada masa itu, garpu dianggap sebagai wujud penghinaan terhadap Tuhan. Dikatakan bahwa... “Tuhan sangat bijaksana telah memberikan garpu alami (jari-jari) pada manusia. Oleh karena itu, menggunakan garpu yang terbuat dari logam ketika makan merupakan penghinaan kepada-Nya”. Selain itu, garpu juga sering diasosiasikan dengan tongkat iblis. Sedangkan dalam kebudayaan Jerman, penggunaan garpu menjadi sangat penting karena makan menggunakan tangan kosong dianggap sangat tidak sopan. Lalu, di Amerika sendiri, garpu baru mulai populer digunakan pasca-revolusi Amerika (1783). Sama halnya dengan sendok, garpu juga memiliki jenis sesuai fungsinya, seperti garpu makan, garpu kue, dan garpu daging.

Sendok dari tempurung kelapa dengan gagang yang terbuat dari bambu.
Dalam kebudayaan lokal Indonesia, sebenarnya mengenal sendok, namun bentuknya sedikit berbeda. Kalian pasti pernah makan daging buah kelapa memakai sendok yang terbuat dari kulit kelapa atau pengaduk nasi yang terbuat dari tempurung kelapa dan bambu sebagai gagangnya atau jika kalian dari suku Jawa, pasti mengenal istilah sudu, sebuah sendok yang terbuat dari daun pisang, biasanya digunakan untuk menyantap bubur atau liwet. Nah, itu semua merupakan bentuk sendok tradisional, meskipun tidak semua wilayah di Indonesia memiliki budaya menggunakan sendok. Begitupun dengan garpu. Budaya lokal Indonesia tidak mengenal garpu seperti di Timur Tengah. Di sana, mereka menggunakan garpu untuk memanggang daging, sedangkan di Indonesia, orang-orang biasanya menusuk daging (sate’) dengan sebatang kayu dan memanggangnya. Budaya sendok dan garpu masuk ke Indonesia setelah adanya pengaruh dari bangsa asing, utamanya bangsa Eropa. Saya curiga, mungkin inilah yang dimaksud “bangga dengan kebudayaan orang luar”. Tapi, saya rasa cukup sampai di sini dulu tulisan ini. Entah, jika ada yang ingin lebih lanjut menulis kajian pasca-kolonial mengenai penggunaan sendok dan garpu di meja makan orang Indonesia, silahkan!


[1] Secara etimologis, sendok berasal dari bahasa Yunani, yaitu “cochlea” yang berarti cangkang kerang. Kalian juga pasti tahu bahwa bahasa Inggris untuk sendok adalah spoon. Nah, kata spoon sendiri berasal dari bahasa Anglo-Saxon, yaitu “spon” yang berarti serpihan kayu.