Studi
Kasus “Proses Akulturasi Hindu-Jawa dengan Islam”
Akulturasi merupakan
proses penggabungan dua kebudayaan dengan tidak meninggalkan kebudayaan
sebelumnya. Proses ini banyak terjadi di Indonesia, bahkan sejak zaman
prasejarah (tradisi megalitik). Indonesia memang terkenal dengan kebudayaannya
yang beragam dan dilihat dari benda peninggalan masa lalu, nenek moyang kita
sangat hati-hati dalam menerima ajaran atau kebudayaan yang datang ke tanah
mereka. Proses penyaringan inilah yang menghasilkan kebudayaan baru, namun
tetap kental akan kebudayaan lama. Nenek moyang kita memegang prinsip ATM
(Amati-Tiru-Modifikasi), tidak hanya dari segi bentuk yang mereka perhatikan,
tapi makna dari sebuah benda juga mereka bedah sehingga budaya luar tidak
sembarangan memasuki kehidupan budaya mereka.
Hingga saat ini,
tinggalan-tinggalan arkeologis atau sejarah hampir semuanya adalah hasil
akulturasi kebudayaan. Dari segi bentuk dan fungsi hampir sama, tapi maknanya
yang sedikit berbeda. Kali ini, saya akan mencoba menjelaskan salah satu bentuk
tinggalan arkeologis berupa bangunan yang merupakan hasil akulturasi, yaitu Masjid
Menara Kudus.
Masjid Menara Kudus
|
1. Sejarah
Masjid Menara Kudus
Masjid Menara Kudus
didirikan oleh Ja’far Shodiq atau lebih dikenal dengan nama Sunan Kudus pada
tahun 956 H atau 1549 M berdasarkan batu bertulis yang terletak pada mihrab
masjid. Masjid tersebut diberi nama “Kudus” karena konon batu bertulis yang
terletak pada mihrab masjid tersebut berasal dari Baitulmakdis (Al Quds) di
Yerusalem. Dari kata Baitulmakdis itulah muncul nama “Kudus” yang artinya suci, sehingga
masjid tersebut dinamakan Masjid Menara Kudus dan kotanya dinamakan dengan kota
Kudus.
2.
Arsitektur Masjid Menara Kudus
Menara Kudus memiliki
ketinggian ± 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 m. Di sekeliling
bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang keseluruhan berjumlah tiga
puluh dua buah. Dua puluh buah di antaranya berwarna biru serta berlukiskan
masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sementara itu, dua belas buah
lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Di dalam menara terdapat
tangga yang terbuat dari kayu jati yang mungkin dibuat pada tahun 1895 M.
Bangunan dan hiasannya jelas menunjukkan adanya hubungan dengan kesenian Hindu-Jawa
karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian: (1) kaki, (2) badan,
dan (3) puncak bangunan. Menara ini dihiasi pula antefiks (hiasan yang
menyerupai bukit kecil).
Kaki dan badan menara
dibangun dan diukir dengan tradisi Hindu-Jawa, termasuk motifnya. Ciri lainnya
bisa dilihat pada penggunaan material batu bata yang dipasang tanpa perekat
semen. Teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat dilihat pada bagian kepala
menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat
batang saka guru yang menopang dua
tumpuk atap tajug.
Pada bagian puncak atap
tajug terdapat semacam mustaka
(kepala) seperti pada puncak atap tumpang bangunan utama masjid-masjid
tradisional di Jawa yang jelas merujuk pada unsur arsitektur Hindu-Jawa.
3.
Jejak Akulturasi pada Masjid Menara Kudus
Akulturasi pada Masjid Menara Kudus
terletak pada menara dan pagarnya yang mirip dengan candi dan gapura. Hal ini
tidak terlepas dari proses penyebaran Agama Islam oleh Sunan Kudus pada saat
itu.
Cara Sunan Kudus menyebarkan agama
Islam adalah dengan jalan kebijaksanaan, sehingga mendapat simpati dari
penduduk yang saat itu masih memeluk agama Hindu. Salah satu contohnya adalah
Sapi merupakan hewan yang sangat dihormati oleh agama Hindu, suatu ketika
kanjeng Sunan mengikat sapi di pekarangan masjid, setelah mereka datang Kanjeng
Sunan bertabligh, sehingga diantara mereka banyak yang memeluk Islam. Dan
sampai sekarang pun di wilayah Kudus, khususnya Kudus Kulon dilarang
menyembelih sapi sebagai penghormatan terhadap agama Hindu sampai dengan saat
ini.
Cerita mengenai menara
Kudus pun ada berbagai versi, ada pendapat yang mengatakan," bahwa menara
Kudus adalah bekas candi orang Hindu,". Buktinya bentuknya hampir mirip
dengan Candi Kidal yang terdapat di Jawa Timur yang didirikan kira-kira tahun
1250 atau mirip dengan Candi Singosari. Pendapat lain mengatakan kalau dibawah
menara Kudus, dulunya terdapat sebuah sumber mata air kehidupan. Mengapa
seperti itu? karena mahluk hidup yang telah mati kalau dimasukkan dalam mata
air tersebut menjadi hidup kembali. Karena dikhawatirkan akan dikultuskan,
ditutuplah mata air tersebut dengan bangunan menara. Adapun anggapan yang
menyebut bahwa arsitektur menara masjid ini mirip dengan Candi Jago di
Magelang.
Jadi bisa kita katakan
bahwa, masyarakat pada waktu itu sudah memiliki kreatifitas yang tinggi dengan
proses akulturasi, antara kebudayaan yang ada sebelumnya dengan kebudayaan
asing yang mungkin sama sekali mereka belum ketahui. Tingginya kreatifitas
mereka menyebabkan bangunan Masjid Menara Kudus tidak ada duanya, baik di
Indonesia maupun di dunia. Masyarakat dahulu membangun masjid tanpa harus
meniru yang sudah ada di Timur Tengah, menghasilkan suatu ciri khas tersendiri. Itulah yang di sebut dengan
ATM (Amati – Tiru – Modifikasi).
4. Kesimpulan
Setelah membaca semua
referensi yang saya kumpulkan seputar Masjid Menara Kudus, saya bisa
menyimpulkan Masjid Menara Kudus merupakan salah satu cerminan untuk masa
sekarang bahwa kebudayaan kita sebenarnya memiliki daya saing yang cukup bagus.
Semua itu hanya bisa terwujud dengan kreatifitas yang terus di asah, sehingga
yang dikatakan budaya kita lain dari pada yang lain. Sebenarnya, sejak zaman
dahulu, Indonesia telah menarik dunia. Indonesia kaya akan budaya, tapi
kebudayaan itu tidak di “manfaatkan” secara maksimal seperti dulu. Kebudayaan
itu bersifat dinamis dan fleksibel. Kita bisa memodifikasi budaya luar yang di
anggap baik dan menguntungkan dengan memasukan budaya sendiri sebagai
kiblatnya. Hal tersebut bisa menambah ketertarikan mata dunia terhadap kita,
sama halnya dengan kreatifitas mereka yang dulu telah membuat kita yang hidup
sekarang terkagum-kagum atas karya mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Fanami, Achmad.
2009. Arsitektur Masjid. Yogyakarta :
Penerbit Bentang.
Pratama, Galih.
2012. Menara Masjid Kudus.
(blogspot.karambaartmovement.com; Makassar, 19 Mei 2013; Pukul 14.43 WITA).
wordpress.alhazami.com.
Sejarah Menara Masjid. (Makassar, 19
Mei 2013; Pukul 15.02 WITA).
www.wikipedia.com/masjid_menara_kudus.
Makassar, 19 Mei 2013; Pukul 14.42 WITA.
Zein, Abdul
Baqir. 1999. Masjid-Masjid Bersejarah di
Indonesia. Jakarta : Gema Insani Press.
Joker: Masjid Menara Kudus, Hasil Kreasi Muslim Jawa >>>>> Download Now
ReplyDelete>>>>> Download Full
Joker: Masjid Menara Kudus, Hasil Kreasi Muslim Jawa >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Joker: Masjid Menara Kudus, Hasil Kreasi Muslim Jawa >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK