“Tongkonan,
Simpul Kebudayaan Toraja”
Toraja
merupakan sebuah daerah di Sulawesi Selatan yang masih memiliki tradisi yang
masih kuat. Contohnya Upacara Rambu Solo’ dan Rambu Tuka’. Rambu Solo’
merupakan upacara pemakaman bagi masyarakat Toraja, sedangkan upacara Rambu
Tuka’ merupakan upacara yang di adakan untuk mensyukuri Tongkonan baru ataupun
untuk mempererat tali kekeluargaan yang diadakan.
Jika
dilihat dari segi ekonomi, upacara-upacara yang dilakukan oleh masyarakat
Toraja, jumlah persembahan sungguh tak terkendali. Sebenarnya, jumlah hewan
yang dikorbankan dibatasi sampai 24 ekor dan yang melaksanakan upacara tersebut
dilarang berutang kepada orang lain.
Upacara-upacara
tradisional Toraja menggambarkan masyarakatnya yang sangat etnik dan memiliki
ciri khas tersendiri sehingga menimbulkan kesan estetika yang murni. Selain
upacara-upacara religi, Toraja juga dikaitkan dengan Tongkonan, dari aspek
kosmologi hingga pemahaman masyarakat tentang tongkonan sebagai salah satu
unsure yang harus ada dalam masyarakat Toraja.
Tongkonan
merupakan simbol dari masyarakat Toraja. Rumah adat suku Toraja ini lestari
hingga sekarang karena hasil inkulturasi kepercayaan Aluk Todolo dengan ajaran
Kristen. Walaupun begitu, kepercayaan Aluk Todolo yang paling kental dalam
keseharian masyarakat Toraja. Ada nilai-nilai dalam ajaran Aluk Todolo yang
dilihat dari kacamata Kristen, seperti membagi-bagikan daging ke sesama sebagai
simbol kasih sayang.
Tongkonan
terdiri atas tiga bagian, atas, tengah, dan bawah. Bagian atas digunakan untuk
menyimpan mayat, bagian tengah terdapat ruang tamu, tempat tidur, dan dapur,
sedangkan bagian bawah merupakan tempat orang-orang bercengkrama.
Didepan
Tongkonan terdapat Alang (Tongkonan kecil/lumbung) dan setiap Tongkonan
memilikinya. Tongkonan dan Alang biasa disebut dengan Alang Londong Nabanua
(ayam jantan). Itulah sebabnya keduanya dilambangkan dengan kelamin laki-laki.
Menurut
saya, kedua ciri khas (upacara religi dan Tongkonan) adalah esensi dari Toraja
itu sendiri. Walaupun ada pengaruh dari luar, tetap saja tidak mengubah pandangan
lama masyarakat Toraja. Akulturasi kebudayaan asing dengan kebudayaan asli
setempat membuat Toraja semakin bisa menyesuaikan diri dengan tantangan dunia
luar. Terbukti bahwa sebagian besar masyarakat Toraja merantau ke dunia luar
dari lingkup kebudayaan Toraja. Tulisan ini merupakan tulisan yang mengkaji
soal etnis (Etnografi) dan tentunya dengan pandangan arkeologi (Etnoarkeologi).
Keselarasan alam dengan kehidupan Tana Toraja sangat elok dilihat. Hamparan
sawah dengan sistem terasering menambah keindahan alam Toraja.
Penulis
memakai pendekatan kesinambungan budaya, dimana orang Toraja memanfaatkan
sumber daya alam yang ada sebagai penunjang hidupnya. Penulis melakukan
penelitian menggunakan pendekatan etik dan emik. Pendekatan etik terlihat ketika
penulis menuliskan tentang budaya Rambu Solo’ dan Rambu Tuka’ tanpa di lakukan
wawancara lebih mendalam dengan masyarakat Toraja yang melaksanakannya.
Pendekatan emik terlihat ketika penulis mampu menjelaskan beberapa makna pada
Tongkonan yang merupakan rumah adat suku Toraja.
Joker: Resume Artikel >>>>> Download Now
ReplyDelete>>>>> Download Full
Joker: Resume Artikel >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Joker: Resume Artikel >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK