Jumat. 9 November 2012│01.11 WITA
Peniel Chandra
Beberapa kran air di Fakultas Sastra tak lagi
dipakai, besi-besinya berkarat, seperti lama tidak digunakan. Engselnya sulit
diputar karena jarang dipakai dan kurang terawat, layaknya benda yang akan di
museumkan.
Mahasiswa Fakultas Sastra, yang hendak menjalankan
ibadah Shalat, harus mengantri untuk wudu disalah satu penampung air yang masih
bekerja.
Sarana umum lainnya seperti WC umum, sudah sangat
jarang dipakai karena bak penampungan air yang kosong dan selain itu juga,
baunya menyengat sehingga mahasiswa memilih untuk mencari WC yang lebih baik
diluar kampus, biasanya dikos-kosan.
Penyebab semua ini karena salah satu mesin air di
Fakultas Sastra mengalami kerusakan turbin sehingga menyebabkan air tidak
mengalir. Selain itu, pipa air utama yang menghubungkan penampung air dengan
beberapa kran air, patah akibat dijatuhi pohon yang tumbang.
Memang, tanpa air, hidup serasa kurang nyaman. Apa
lagi bila tiba-tiba kebelet ingin buang air kecil atau buang air besar, bisa
kewalahan untuk mencari air. Kran air tinggal pajangan, menyusul Air Conditioner yang mengalami nasib
serupa.
Mesin air
Mesin air yang selama ini telah bekerja telah
bertambah tua. Mesin air di Fakultas Sastra ini telah dipakai sejak tahun 2000.
Perbaikan belum kunjung datang pada mesin air ini. Terlihat seperti rongsokan
yang siap dijual pada tukang loak.
“saya sudah membicarakan ini pada pihak rektorat
agar dana perbaikan fasilitas segera di keluarkan, tapi pihak rektorat belum
menanggapi dengan serius”, ungkap Drs. Amir P, M.Hum selaku Wakil Dekan II
Fakultas Sastra.
Hal ini juga mengganggu kenyamanan mahasiswa,
khususnya dalam menggunakan sarana toilet umum. Mulai dari toilet yang kurang
terawat, bau yang menyengat, hingga kran air yang tidak berfungsi.
“perlu bolak-balik dari fakultas yang satu ke
fakultas yang lain, hanya untuk dapat buang air”, kata Andi, salah satu
mahasiswa Fakultas Sastra Jurusan Ilmu Sejarah. “kita punya toilet, kenapa
harus susah payah ke toilet orang lain?”, tambahnya.
Hal seperti ini menjadi kendala bagi mahasiswa yang
mempunyai kegiatan ekstrakulikuler yang harus membasuh tubunya di tempat
penampungan air, bukannya menggunakan fasilitas kamar mandi umum.
Masalah seperti ini seharusnya tidak perlu
ditunda-tunda penyelesaiannya, haruslah ditanggapi secepatnya agar kenyamanan
beraktifitas di kampus tidak terganggu.
Perbaikan
Menurut Wakil Dekan II Fakultas Sastra Unhas,
perbaikan mesin air akan dilakukan setelah mendapat dana dari pihak rektorat
secepatnya. Selain itu, pipa yang patah akan diganti dengan pipa yang lebih
kuat agar ketika dijatuhi pohon atau ulah jail tangan perusak, pipa tersebut
tidak mudah patah.
“saya akan coba koordinir para tukang, agar membuat
pipa tidak mudah dirusak oleh tangan-tangan nakal!”, ucap Daeng Nai, seorang
teknisi di Fakultas Sastra Unhas.
Jika pipa air itu kembali berputar, maka ada sedikit
kenyamanan yang dapat dirasakan oleh mahasiswa maupun tamu yang berkunjung di fakultas
ini.
No comments:
Post a Comment