Ketika sedang menikmati makan malam di sebuah
warung kecil yang terletak di pinggiran kota, tiba-tiba terlintas dalam benakku sebuah pertanyaan, “kapan dan dimana, manusia pertama kali menciptakan
sendok dan garpu?”. Agak aneh sekaligus konyol juga karena secara tidak sadar,
cukup lama saya menghabiskan waktu untuk saling bertatap-tatapan dengan sendok
dan garpu yang sedang saya pengang. Tentu, pertanyaan ini sangat sederhana dan
terlihat sangat mudah. Tetapi setelah dipikir-pikir, sendok dan garpu merupakan
produk yang cukup berguna bahkan selalu menghiasi meja-meja makan, namun
kemunculannya tidak begitu dipermasalahkan atau menonjol jika dibandingkan
dengan lampu, misalnya. Selain itu, jika dilihat dari konteks budaya lokal
Indonesia, hampir semua suku pribumi tidak mengenal budaya sendok dan garpu.
Lantas, bagaimana bisa kedua benda yang kecil itu menjadi salah satu produk
budaya yang bersifat universal? Tulisan ini hanya saya fokuskan saja pada
sejarahnya. Jadi, kita akan sedikit mendengarkan dongeng yang panjang lebar. Oh
iya, tulisan ini juga hanya sekedar iseng-iseng dan merupakan hasil rangkuman
dari beberapa tulisan yang berkaitan dengan sejarah sendok dan garpu.
Entah darimana memulainya, yang jelas, sendok
dan garpu belum pasti “kapan” dan “dimana” pertama kali ditemukan. Banyak para
arkeolog menduga bahwa sendoklah yang pertama kali muncul dibanding garpu.
Sendok merupakan salah satu alat makan tertua, diyakini telah ada sejak zaman
prasejarah (jika melihat dari kacamata orang Eropa, sendok telah ada sejak
zaman paleolitikum). Pada saat itu, bentuk sendok masih sangat sederhana dan
bahannya pun berasal dari benda-benda yang mudah didapatkan, seperti kayu atau
cangkang kerang[1].
Semakin berkembangnya zaman, sendok sudah mengalami beberapa modifikasi dari
segi bentuk dan bahan.
Beberapa penelitian arkeologi telah
mengungkap penggunaan serta bahan dari sendok, seperti Peradaban Mesir Kuno
(1000 SM), ditemukan sendok dari bahan tanduk dan kayu yang dihiasi hieroglip
dan simbol-simbol agama Mesir Kuno. Diduga, sendok tersebut digunakan untuk
keperluan ritual suci. Selain itu, sendok juga ditemukan di situs Peradaban Neolitik Ozieri, Sardinia (3200-2800 SM), ditemukan sendok
yang terbuat dari keramik. Lain halnya dengan sendok dari Dinasti Shang, Cina (1600-1046 SM), yang terbuat dari tulang atau perunggu.
Dalam kebudayaan Klasik Eropa (Yunani dan Romawi), sendok terbuat dari perungu
atau perak. Selain penelitian material
culture, bukti penggunaan sendok juga dapat ditemukan dalam teks-teks kuno,
misalnya dalam kitab Rigveda, tertulis “menyentuh mulut
sendok” (RV 8.43.10).
Sendok Kayu Mary Rose, abad XVI. |
Di Eropa, sendok pertama kali
didokumentasikan pada tahun 1259, sebagai salah satu perkakas dalam lemari Raja
Edward I. Sama halnya dengan Mesir Kuno, penggunaan sendok pada saat itu hanya
untuk kebutuhan keagamaan. Pada zaman pertengahan, sekitar abad XV, sendok yang
digunakan terbuat dari tanduk sapi, kayu, kuningan, atau timah. Pada masa
tersebut, sendok sangat populer digunakan sebagai salah satu alat untuk ritual
suci, seperti pembaptisan. Sendok pada masa tersebut, umumnya memiliki
ukiran-ukiran yang bersifat keagamaan. Pada abad XVIII, bentuk sendok semakin
ramping dan cukup ringan. Nah, sendok yang kalian lihat dan pakai pada saat
ini, pertama kali digunakan pada tahun 1760.
Kegunaan sendok pun beragam. Di Eropa, sendok
digunakan untuk mengangkat makanan cair/semi-cair, seperti sup, es krim, kacang
hijau, gula, dan segala jenis makanan bubuk. Lain halnya dengan di Asia
Tenggara, sendok merupakan alat utama yang digunakan untuk makan. Selain itu,
sendok juga digunakan untuk memasak atau mengaduk bahan olahan kue atau roti. Oleh
karena itu, bentuk sendok pun menjadi beragam sesuai fungsinya, seperti sendok
teh, sendok makan, sendok es krim, sendok untuk mengaduk nasi/bahan kue, bahkan
ada sendok yang hanya menjadi barang pajangan atau suvenir yang diukir untuk
mengingat suatu peristiwa.
Lantas, bagaimana dengan garpu?
Garpu merupakan sahabat karib dari
sendok. Banyak ahli kebudayaan yang mengatakan bahwa garpu telah lama digunakan
oleh masyarakat di Timur Tengah. Tapi, dahulu, kombinasi alat makan sendok dan
garpu hanya populer digunakan untuk makanan Barat dan menyebar ke Asia Utara
(sekarang Rusia), sedangkan Asia Timur hingga Utara Asia Tenggara lebih lazim
menggunakan sumpit. Kata garpu berasal dari bahasa latin yaitu “furca” yang berarti penggaruk rumput. Sama
halnya dengan sendok, kemunculan garpu juga sangat tidak jelas. Beberapa literatur
menyebutkan penggunaan garpu sebagai alat memasak di Mesir Kuno. Namun,
beberapa bukti arkeologis menunjukan eksistensi garpu, seperti garpu yang
terbuat dari tulang di situs pemakaman Zaman Perunggu Qijia (2400-1900 SM). Selain
itu, penggunaan garpu juga disebutkan dalam kebudayaan Romawi Timur, tepatnya kekaisaran
Bizantium. Tercatat bahwa pada abad X, Domenico Salvo dari Venesia, tunangan
seorang putri dari kekaisaran Bizantium membawa dua buah garpu dalam kopernya. Selain
itu, Theophano Sklereina, istri Kaisar Bizantium, Otto II, adalah yang pertama
kali memerkenalkan garpu di Eropa Barat saat perjamuan Imperial, tahun 972.
Sendok dan garpu dari Syria, abad 4 M. |
Pada abad XI, garpu semakin populer
digunakan di Semenanjung Italia. Pada awalnya, bahannya adalah kayu yang
ujungnya dipasangi tiga batang kayu, desain ini diciptakan untuk memudahkan
orang-orang menggulung mie atau spageti. Kemudian di Portugal pada abad XV, sekitar tahun
1450, kebudayaan penggunaan garpu di meja makan diperkenalkan oleh Duchess of
Viseu, Infanta Beatrice, ibu dari raja portugal, Raja Manuel I. Di Perancis,
garpu pertama kali diperkenalkan oleh Catherine de Medicis yang menikah dengan
Raja Henry II pada tahun 1533. Dalam literatur Perancis juga tertulis
penggunaan garpu pada pesta pernikanan putri Raja Louis XIV, Duc de Chartres
pada tahun 1692. Namun, garpu tidak umum digunakan di Eropa Barat sampai abad
XVI, sedangkan untuk Eropa sampai abad XIX.
Penggunaan garpu di Inggris terjadi
belakangan. Tercatat seseorang berkebangsaan Inggris, Thomas Corryate membawa
garpu yang dibelinya saat melakukan perjalanan di Italia (1611). Pada masa itu,
garpu dianggap sebagai wujud penghinaan terhadap Tuhan. Dikatakan bahwa... “Tuhan
sangat bijaksana telah memberikan garpu alami (jari-jari) pada manusia. Oleh karena
itu, menggunakan garpu yang terbuat dari logam ketika makan merupakan
penghinaan kepada-Nya”. Selain itu, garpu juga sering diasosiasikan dengan
tongkat iblis. Sedangkan dalam kebudayaan Jerman, penggunaan garpu menjadi
sangat penting karena makan menggunakan tangan kosong dianggap sangat tidak
sopan. Lalu, di Amerika sendiri, garpu baru mulai populer digunakan pasca-revolusi Amerika (1783). Sama halnya dengan sendok, garpu juga memiliki jenis
sesuai fungsinya, seperti garpu makan, garpu kue, dan garpu daging.
Sendok dari tempurung kelapa dengan gagang yang terbuat dari bambu. |
Dalam
kebudayaan lokal Indonesia, sebenarnya mengenal sendok, namun bentuknya sedikit
berbeda. Kalian pasti pernah makan daging buah kelapa memakai sendok yang
terbuat dari kulit kelapa atau pengaduk nasi yang terbuat dari tempurung kelapa
dan bambu sebagai gagangnya atau jika kalian dari suku Jawa, pasti mengenal
istilah sudu, sebuah sendok yang
terbuat dari daun pisang, biasanya digunakan untuk menyantap bubur atau liwet. Nah,
itu semua merupakan bentuk sendok tradisional, meskipun tidak semua wilayah di
Indonesia memiliki budaya menggunakan sendok. Begitupun dengan garpu. Budaya lokal
Indonesia tidak mengenal garpu seperti di Timur Tengah. Di sana, mereka
menggunakan garpu untuk memanggang daging, sedangkan di Indonesia, orang-orang
biasanya menusuk daging (sate’) dengan sebatang kayu dan memanggangnya. Budaya sendok
dan garpu masuk ke Indonesia setelah adanya pengaruh dari bangsa asing,
utamanya bangsa Eropa. Saya curiga, mungkin inilah yang dimaksud “bangga dengan
kebudayaan orang luar”. Tapi, saya rasa cukup sampai di sini dulu tulisan ini. Entah,
jika ada yang ingin lebih lanjut menulis kajian pasca-kolonial mengenai
penggunaan sendok dan garpu di meja makan orang Indonesia, silahkan!
[1] Secara etimologis, sendok
berasal dari bahasa Yunani, yaitu “cochlea”
yang berarti cangkang kerang. Kalian juga pasti tahu bahwa bahasa Inggris untuk
sendok adalah spoon. Nah, kata spoon sendiri berasal dari bahasa
Anglo-Saxon, yaitu “spon” yang
berarti serpihan kayu.
No comments:
Post a Comment