Sunday, July 7, 2013

MASJID MENARA KUDUS, HASIL KREASI MUSLIM JAWA


Studi Kasus “Proses Akulturasi Hindu-Jawa dengan Islam”

Akulturasi merupakan proses penggabungan dua kebudayaan dengan tidak meninggalkan kebudayaan sebelumnya. Proses ini banyak terjadi di Indonesia, bahkan sejak zaman prasejarah (tradisi megalitik). Indonesia memang terkenal dengan kebudayaannya yang beragam dan dilihat dari benda peninggalan masa lalu, nenek moyang kita sangat hati-hati dalam menerima ajaran atau kebudayaan yang datang ke tanah mereka. Proses penyaringan inilah yang menghasilkan kebudayaan baru, namun tetap kental akan kebudayaan lama. Nenek moyang kita memegang prinsip ATM (Amati-Tiru-Modifikasi), tidak hanya dari segi bentuk yang mereka perhatikan, tapi makna dari sebuah benda juga mereka bedah sehingga budaya luar tidak sembarangan memasuki kehidupan budaya mereka.
Hingga saat ini, tinggalan-tinggalan arkeologis atau sejarah hampir semuanya adalah hasil akulturasi kebudayaan. Dari segi bentuk dan fungsi hampir sama, tapi maknanya yang sedikit berbeda. Kali ini, saya akan mencoba menjelaskan salah satu bentuk tinggalan arkeologis berupa bangunan yang merupakan hasil akulturasi, yaitu Masjid Menara Kudus.
Masjid Menara Kudus
Masjid ini terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Masjid Menara Kudus merupakan salah satu peninggalan sejarah, sebagai bukti proses penyebaran Islam di Tanah Jawa. Masjid ini tergolong unik karena desain bangunannya, yang merupakan penggabungan antara kebudayaan Hindu dan kebudayaan Islam. Sebagaimana kita ketahui, sebelum Islam, di Jawa telah berkembang agama Budha dan Hindu dengan peninggalannya berupa Candi dan Pura. Selain itu ada penyembahan terhadap roh nenek moyang (Animisme) dan kepercayaan terhadap benda-benda (Dinamisme). Masjid Menara Kudus menjadi bukti, bagaimana sebuah perpaduan antara Kebudayaan Islam dan Kebudayaan Hindu telah menghasilkan sebuah bangunan yang tergolong unik dan bergaya arsitektur tinggi. Sebuah bangunan masjid, namun dengan menara dalam bentuk candi dan berbagai ornamen lain yang bergaya Hindu.

1.    Sejarah Masjid Menara Kudus
Masjid Menara Kudus didirikan oleh Ja’far Shodiq atau lebih dikenal dengan nama Sunan Kudus pada tahun 956 H atau 1549 M berdasarkan batu bertulis yang terletak pada mihrab masjid. Masjid tersebut diberi nama “Kudus” karena konon batu bertulis yang terletak pada mihrab masjid tersebut berasal dari Baitulmakdis (Al Quds) di Yerusalem. Dari kata Baitulmakdis itulah muncul nama “Kudus” yang artinya suci, sehingga masjid tersebut dinamakan Masjid Menara Kudus dan kotanya dinamakan dengan kota Kudus.

2.   Arsitektur Masjid Menara Kudus


Masjid Menara Kudus ini terdiri dari 5 buah pintu sebelah kanan dan 5 buah pintu sebelah kiri. Jendelanya berjumlah 4 buah. Pintu besar berjumlah 5 buah dan tiang besar di dalam masjid yang berasal dari kayu jati ada 8 buah. Namun masjid ini tidak sesuai aslinya, lebih besar dari semula karena pada tahun 1918-an telah direnovasi. Di dalamnya terdapat kolam masjid, kolam yang berbentuk "padasan" tersebut merupakan peninggalan jaman purba dan dijadikan sebagai tempat wudhu. Masih menjadi pertanyaan sampai sekarang, apakah kolam tersebut peninggalan jaman Hindu atau sengaja dibuat oleh Sunan Kudus untuk mengadopsi budaya Hindu. Di dalam masjid terdapat 2 buah bendera, yang terletak di kanan dan kiri tempat khatib membaca khutbah. Di serambi depan masjid terdapat sebuah pintu gapura, yang biasa disebut oleh penduduk sebagai "Lawang kembar". Konon kabarnya, gapura tersebut berasal dari bekas Kerajaan Majapahit dahulu, gapura tersebut dulu dipakai sebagai pintu spion. Di komplek Masjid juga terdapat pancuran untuk wudhu yang berjumlah delapan buah. Di atas pancuran itu diletakkan arca. Jumlah delapan pancuran, konon mengadaptasi keyakinan Buddha, yakni ‘Delapan Jalan Kebenaran’ atau Asta Sanghika Marga.
Menara Kudus memiliki ketinggian ± 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 m. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang keseluruhan berjumlah tiga puluh dua buah. Dua puluh buah di antaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sementara itu, dua belas buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Di dalam menara terdapat tangga yang terbuat dari kayu jati yang mungkin dibuat pada tahun 1895 M. Bangunan dan hiasannya jelas menunjukkan adanya hubungan dengan kesenian Hindu-Jawa karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian: (1) kaki, (2) badan, dan (3) puncak bangunan. Menara ini dihiasi pula antefiks (hiasan yang menyerupai bukit kecil).
Kaki dan badan menara dibangun dan diukir dengan tradisi Hindu-Jawa, termasuk motifnya. Ciri lainnya bisa dilihat pada penggunaan material batu bata yang dipasang tanpa perekat semen. Teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat dilihat pada bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat batang saka guru yang menopang dua tumpuk atap tajug.
Pada bagian puncak atap tajug terdapat semacam mustaka (kepala) seperti pada puncak atap tumpang bangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang jelas merujuk pada unsur arsitektur Hindu-Jawa.

3.    Jejak Akulturasi pada Masjid Menara Kudus


Akulturasi pada Masjid Menara Kudus terletak pada menara dan pagarnya yang mirip dengan candi dan gapura. Hal ini tidak terlepas dari proses penyebaran Agama Islam oleh Sunan Kudus pada saat itu.
Cara Sunan Kudus menyebarkan agama Islam adalah dengan jalan kebijaksanaan, sehingga mendapat simpati dari penduduk yang saat itu masih memeluk agama Hindu. Salah satu contohnya adalah Sapi merupakan hewan yang sangat dihormati oleh agama Hindu, suatu ketika kanjeng Sunan mengikat sapi di pekarangan masjid, setelah mereka datang Kanjeng Sunan bertabligh, sehingga diantara mereka banyak yang memeluk Islam. Dan sampai sekarang pun di wilayah Kudus, khususnya Kudus Kulon dilarang menyembelih sapi sebagai penghormatan terhadap agama Hindu sampai dengan saat ini.
Cerita mengenai menara Kudus pun ada berbagai versi, ada pendapat yang mengatakan," bahwa menara Kudus adalah bekas candi orang Hindu,". Buktinya bentuknya hampir mirip dengan Candi Kidal yang terdapat di Jawa Timur yang didirikan kira-kira tahun 1250 atau mirip dengan Candi Singosari. Pendapat lain mengatakan kalau dibawah menara Kudus, dulunya terdapat sebuah sumber mata air kehidupan. Mengapa seperti itu? karena mahluk hidup yang telah mati kalau dimasukkan dalam mata air tersebut menjadi hidup kembali. Karena dikhawatirkan akan dikultuskan, ditutuplah mata air tersebut dengan bangunan menara. Adapun anggapan yang menyebut bahwa arsitektur menara masjid ini mirip dengan Candi Jago di Magelang.
Jadi bisa kita katakan bahwa, masyarakat pada waktu itu sudah memiliki kreatifitas yang tinggi dengan proses akulturasi, antara kebudayaan yang ada sebelumnya dengan kebudayaan asing yang mungkin sama sekali mereka belum ketahui. Tingginya kreatifitas mereka menyebabkan bangunan Masjid Menara Kudus tidak ada duanya, baik di Indonesia maupun di dunia. Masyarakat dahulu membangun masjid tanpa harus meniru yang sudah ada di Timur Tengah, menghasilkan suatu ciri  khas tersendiri. Itulah yang di sebut dengan ATM (Amati – Tiru – Modifikasi).  

4.   Kesimpulan
Setelah membaca semua referensi yang saya kumpulkan seputar Masjid Menara Kudus, saya bisa menyimpulkan Masjid Menara Kudus merupakan salah satu cerminan untuk masa sekarang bahwa kebudayaan kita sebenarnya memiliki daya saing yang cukup bagus. Semua itu hanya bisa terwujud dengan kreatifitas yang terus di asah, sehingga yang dikatakan budaya kita lain dari pada yang lain. Sebenarnya, sejak zaman dahulu, Indonesia telah menarik dunia. Indonesia kaya akan budaya, tapi kebudayaan itu tidak di “manfaatkan” secara maksimal seperti dulu. Kebudayaan itu bersifat dinamis dan fleksibel. Kita bisa memodifikasi budaya luar yang di anggap baik dan menguntungkan dengan memasukan budaya sendiri sebagai kiblatnya. Hal tersebut bisa menambah ketertarikan mata dunia terhadap kita, sama halnya dengan kreatifitas mereka yang dulu telah membuat kita yang hidup sekarang terkagum-kagum atas karya mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Fanami, Achmad. 2009. Arsitektur Masjid. Yogyakarta : Penerbit Bentang.
Pratama, Galih. 2012. Menara Masjid Kudus. (blogspot.karambaartmovement.com; Makassar, 19 Mei 2013; Pukul 14.43 WITA).
wordpress.alhazami.com. Sejarah Menara Masjid. (Makassar, 19 Mei 2013; Pukul 15.02 WITA).
www.wikipedia.com/masjid_menara_kudus. Makassar, 19 Mei 2013; Pukul 14.42 WITA.
Zein, Abdul Baqir. 1999. Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia. Jakarta : Gema Insani Press.

1 comment:

  1. Joker: Masjid Menara Kudus, Hasil Kreasi Muslim Jawa >>>>> Download Now

    >>>>> Download Full

    Joker: Masjid Menara Kudus, Hasil Kreasi Muslim Jawa >>>>> Download LINK

    >>>>> Download Now

    Joker: Masjid Menara Kudus, Hasil Kreasi Muslim Jawa >>>>> Download Full

    >>>>> Download LINK

    ReplyDelete