Wednesday, November 28, 2012

Mesin Air Kurang Terawat, Mahasiswa Kewalahan

Jumat. 9 November 2012│01.11 WITA
Peniel Chandra

Beberapa kran air di Fakultas Sastra tak lagi dipakai, besi-besinya berkarat, seperti lama tidak digunakan. Engselnya sulit diputar karena jarang dipakai dan kurang terawat, layaknya benda yang akan di museumkan.
Mahasiswa Fakultas Sastra, yang hendak menjalankan ibadah Shalat, harus mengantri untuk wudu disalah satu penampung air yang masih bekerja.
Sarana umum lainnya seperti WC umum, sudah sangat jarang dipakai karena bak penampungan air yang kosong dan selain itu juga, baunya menyengat sehingga mahasiswa memilih untuk mencari WC yang lebih baik diluar kampus, biasanya dikos-kosan.
Penyebab semua ini karena salah satu mesin air di Fakultas Sastra mengalami kerusakan turbin sehingga menyebabkan air tidak mengalir. Selain itu, pipa air utama yang menghubungkan penampung air dengan beberapa kran air, patah akibat dijatuhi pohon yang tumbang.
Memang, tanpa air, hidup serasa kurang nyaman. Apa lagi bila tiba-tiba kebelet ingin buang air kecil atau buang air besar, bisa kewalahan untuk mencari air. Kran air tinggal pajangan, menyusul Air Conditioner yang mengalami nasib serupa.

Mesin air
Mesin air yang selama ini telah bekerja telah bertambah tua. Mesin air di Fakultas Sastra ini telah dipakai sejak tahun 2000. Perbaikan belum kunjung datang pada mesin air ini. Terlihat seperti rongsokan yang siap dijual pada tukang loak.
“saya sudah membicarakan ini pada pihak rektorat agar dana perbaikan fasilitas segera di keluarkan, tapi pihak rektorat belum menanggapi dengan serius”, ungkap Drs. Amir P, M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Sastra.
Hal ini juga mengganggu kenyamanan mahasiswa, khususnya dalam menggunakan sarana toilet umum. Mulai dari toilet yang kurang terawat, bau yang menyengat, hingga kran air yang tidak berfungsi.
“perlu bolak-balik dari fakultas yang satu ke fakultas yang lain, hanya untuk dapat buang air”, kata Andi, salah satu mahasiswa Fakultas Sastra Jurusan Ilmu Sejarah. “kita punya toilet, kenapa harus susah payah ke toilet orang lain?”, tambahnya.
Hal seperti ini menjadi kendala bagi mahasiswa yang mempunyai kegiatan ekstrakulikuler yang harus membasuh tubunya di tempat penampungan air, bukannya menggunakan fasilitas kamar mandi umum.
Masalah seperti ini seharusnya tidak perlu ditunda-tunda penyelesaiannya, haruslah ditanggapi secepatnya agar kenyamanan beraktifitas di kampus tidak terganggu.

Perbaikan
Menurut Wakil Dekan II Fakultas Sastra Unhas, perbaikan mesin air akan dilakukan setelah mendapat dana dari pihak rektorat secepatnya. Selain itu, pipa yang patah akan diganti dengan pipa yang lebih kuat agar ketika dijatuhi pohon atau ulah jail tangan perusak, pipa tersebut tidak mudah patah.
“saya akan coba koordinir para tukang, agar membuat pipa tidak mudah dirusak oleh tangan-tangan nakal!”, ucap Daeng Nai, seorang teknisi di Fakultas Sastra Unhas.
Jika pipa air itu kembali berputar, maka ada sedikit kenyamanan yang dapat dirasakan oleh mahasiswa maupun tamu yang berkunjung di fakultas ini.

No comments:

Post a Comment